2010/04/15

Mengubah Sampah Menjadi Bensin

Gundukan limbah sawit itu meninggi setiap hari. Limbah berupa bekas cangkang, serat, pelepah sawit, batang sawit di lahan seluas lapangan sepak bola itu mengeluarkan bau tak sedap. 'Satu pabrik kelapa sawit bisa menghasilkan 100 ton limbah,' kata Isroi, periset Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Limbah tak berfaedah? Sampah itu potensial sebagai pengisi tangki mobil.

Limbah sawit untuk premium mungkin masih terdengar aneh. Namun, 'Limbah kaya biomassa paling potensial saat ini,' kata Agus Eko Tjahyono, kepala Balai Besar Teknologi Pati, BPPT. Limbah sawit kaya selulosa dan hemiselulosa. Tandan kosong kelapa sawit saja masing-masing mengandung 45% selulosa dan 26% hemiselulosa. Tingginya kadar selulosa pada polisakarida itu dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol.

Limbah kelapa sawit jumlahnya melimpah. Sebuah pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 60 ton tandan/jam dapat menghasilkan limbah 100 ton/hari. Di Indonesia terdapat 470 pabrik pengolahan kelapa sawit. Limbahnya mencapai 28,7-juta ton dalam bentuk cair dan 15,2-juta ton limbah padat per tahun. 'Jika seluruh limbah sawit diolah menjadi etanol bisa menggantikan seluruh kebutuhan premium,' kata Isroi.

Dr Ronny Purwadi, periset Departemen Teknologi Kimia Institut Teknologi Bandung sukses mengolah limbah kelapa sawit menjadi bioetanol. Ia mencacah tandan konsong kelapa sawit bersama limbah lainnya secara manual. 'Di Indonesia alatnya belum tersedia, di Malaysia sudah dijual bebas,' kata pria kelahiran Bandung itu.

Alumnus Departemen Teknik Kimia, Chalmers University, Swedia itu kemudian memberikan larutan asam sulfat encer berkonsentrasi 1-3% sebagai bagian dari tahap hidrolisis. Proses pemanasan dalam hidrolisis terbagi 2, yaitu pemisahan lignin dan pemisahan lignoselulosa untuk menghasilkan gula.

Untuk memecah lignin, Ronny memanaskan cacahan kelapa sawit pada suhu 120-170oC dengan tekanan 4 bar. Proses berlangsung 0,5-1 jam menggunakan perebus otoklaf. Setelah selesai, hidrolisis berpindah ke otoklaf lainnya. Proses hidrolisis kedua, dengan suhu 240oC selama 45 menit. Hasilnya berupa hidrolisat gula terpisah dari kotoran.

Proses selanjutnya mirip fermentasi bioetanol lain menggunakan mikroba Sacharomycetes cereviceae. Fermentasi dalam fermentor pada pH 5 dan suhu 30oC selama 16-24 jam. Pengadukan dan pemanasan harus kontinu agar suhu dan pH stabil. 'Rendemen yang diperoleh sekitar 12%,' kata Ronny. Artinya dari 1 ton limbah kelapa sawit dihasilkan 120 liter bioetanol.

Selain tandan kelapa sawit, bahan baku bioetanol lain: jerami padi. 'Secara garis besar pengolahan limbah yang berasal dari serat sama,' kata Isroi. Jerami padi kaya selulosa dan hemiselulosa masing-masing 39% dan 27,5%. Oleh sebab itu ia mengujicoba jerami sebagai bahan baku bioetanol. Ia mengumpulkan 10 ton jerami padi segar di ruang terbuka. Batang padi kemudian dipotong kecil-kecil, 0.5-1 cm.

Cacahan jerami kemudian direndam kapur 0,5% selama 1-2 minggu. Alumnus pascasarjana IPB itu menghidrolisis bahan dengan mencampurkan asam sulfat berkonsentrasi 1-5% dan suhu hingga 180oC. Setelah itu prosesnya mirip fermentasi bioetanol pada umumnya. Mikroba yang digunakan ragi roti alias Sacharomycetes cereviceae. Mikroba lain harus mampu mengkonversi silosa berupa selulosa dan hemiselulosa berantai karbon 5 menjadi bioetanol. 'Untuk itu, saya menyeleksi ribuan mikroorganisme,' kata Isroi.

Setelah hidrolisat difermentasi selama 16-24 jam, tahap berikutnya purifikasi etanol. Proses purifikasi etanol ini sama dengan purifikasi ethanol dari singkong. Prosesnya meliputi destilasi dan dehidrasi. Proses destilasi meningkatkan kandungan etanol hingga 95%. Sisa air dihilangkan dengan proses dehidrasi hingga kandungan etanol mencapai 99.5%. Etanol siap dimasukkan ke tangki kendaraan bermotor. Rendemennya mencapai 7,65%.

Itu artinya, jika produksi jerami padi 10-15 ton/ha berkadar air 60%, bisa diolah menjadi 766-1.148 liter etanol/ha. 'Biaya produksinya pun lebih rendah dibandingkan mengimpor etanol,' kata Isroi. Menurut data BPS pada 2006, luas sawah di Indonesia 11,9-juta ha. Artinya, potensi jerami padi 119-juta ton yang berpotensi menghasilkan lebih dari 9,1-miliar liter etanol. Jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional.

Di Indonesia penelitian pengolahan limbah selulosa menjadi etanol masih sangat minim. 'Swedia telah memproduksi bioetanol dari limbah pulp kertas,' kata Ronny, yang berguru pada Prof J M Taherzadeh, ahli etanol selulosik dunia. Swedia memulai riset etanol berbasis selulosa semenjak 1995 pada skala laboratorium. Lantas, sejak 2005 negara itu membuat pilot plant skala kecil dengan memproduksi 200 l/hari. 'Jumlah itu cukup lantaran jumlah mobil masih sedikit,' kata Ronny. Harganya pun murah: 5 krone alias Rp6.000/liter.

Sedangkan di Amerika, para peneliti menganalisis ongkos produksi etanol asal selulosik dan dari biji-bijian. Mark Wright dan Robert Brown periset Iowa State University, Amerika Serikat dalam penelitiannya menunjukkan produksi bahan bakar asal biji-bijian secara konvensional meningkat US$9 sen/liter. Itu lantaran harga bahan baku menjulang. Sedangkan biaya produksi etanol selulosik turun US$9,5 sen/liter karena kemajuan teknologi.

Indonesia kaya dengan matahari dan air, sehingga tanaman selulosa mudah tumbuh. Jika didukung penelitian memadai, produksi bioetanol selulosik efektif untuk dikembangkan. 'Limbah biomassa paling potensial karena tidak bersaing dengan pangan,' kata Meine van Noordwijk, direktur regional International Centre for Research in Agroforestry, Bogor.

Produksi bioetanol dari limbah tak butuh penanaman khusus sehingga tidak perlu perluasan lahan dan penggunaan pupuk kimia. Selain itu, penggunaan limbah juga membantu mengatasi permasalahan lingkungan seperti polusi air, udara, dan tanah. (Vina Fitriani/Peliput: Faiz Yajri)

Sumber: Disadur sesuai aslinya dari trubus

2010/04/13

Antimikroba dari Tumbuhan


Sejak lama manusia telah dihadapkan oleh kerusakan atau penurunan mutu bahan pangan, terutama bahan pangan yang mengandung kandungan air dan gizi yang tinggi. Penambahan bahan pengawet pada makanan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada bahan pangan. Bahan pengawet untuk mencegah kerusakan biologi yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut dengan antimikroba.

Beberapa bahan pengawet atau komponen antimikroba telah digunakan sejak lama. Bahan atau zat pengawet kimia atau sintetis tersebut antara lain nitrit, paraben, asam benzoate, asam sorbat, asam propionat, dan lain-lain, akan tetapi pemakaian penggunaan zat-zat tersebut masih menimbulkan berbagai keraguan dari aspek kesehatan, apalagi jika penggunaannya melebihi dosis/jumlah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Tingginya permintaan konsumen pangan terhadap pangan agar bebas dari penambahan senyawa-senyawa kimia sintetis memunculkan berkembangnya metode-metode pengawetan dengan menambahkan komponen atau zat pengawet alami. Contoh-contoh pengawet diantaranya adalah asam-asam organic yang dihasilkan dari fermentasi buah-buahan, bakteri asam laktat, dan komponen-komponen minyak atsiri dari ekstrak tumbuhan (rempah-rempah, tanaman tahunan, dan rumput-rumputan).

Fungsi utama penggunaan rempah-rempah dalam pengolahan pangan adalah sebagai bahan pemberi citarasa khas pada makanan. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa rempah-rempah ternyata mempunyai aktivitas antimikroba. Tanaman atau rempah-rempah secara empiris mempunyai aktivitas antimikroba dan secara tradisional telah banyak digunakan untuk pengobatan. Sediaan bentuk segar, ekstrak, dan minyak atsiri digunakan sebagai obat anti-radang, analgesik, dan obat anti-diare. Sediaan dalam bentuk ekstrak atau minyak atsiri mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri pathogen dan penyebab kerusakan bahan pangan.

Usaha untuk mencari sumber antimikroba baru, terutama tanaman indigenus yang terdapat di Indonesia terus dilakukan. Tumbuhan yang digunakan secara tradisional dapat dijadikan sebuah alternatif pencarian senyawa antimikroba, karena pada umumnya memiliki senyawa aktif yang berperan sebangai senyawa antimikroba.

Pada bagian pertama tulisan ini, penulis mencoba menguraikan komponen-komponen antimikroba tumbuhan dan pada tulisan bagian kedua terdiri dari mekanisme kerja penghambatan senyawa antimikroba dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba dalam pengolahan pangan.

Komponen-komponen antimikroba tumbuhan

Komponen antimikroba adalah suatu komponen yang bersifat dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang (bakteristatik atau fungistatik) atau membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal atau fungisidal). Zat aktif yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tumbuhan diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun perusak makanan. Zat aktif tersebut dapat berasal dari bagian tumbuhan seperti biji, buah, rimpang, batang, daun, dan umbi.

Komponen aktif yang terdapat pada bawang putih mempunyai efek penghambatan terhadap beberapa mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Bacillus cereus dan menghambat produksi toksin dari Clostridium botulinum tipe A dengan menurunkan produksi toksinnya sebanyak 3 log cycle.

C. Botulinum adalah bakteri berspora yang dapat memproduksi toksin pada kondisi yang memungkinkan, dapat dihambat pertumbuhannya oleh minyak bunga dan biji pala, minyak daun salam, minyak lada hitam dan lada putih dengan konsentrasi 125 ppm. Laporan lain juga menyebutkan bahwa ekstrak minyak lada dapat menghambat pertumbuhan S. aureus, E. coli,dan Candida albicans.

Komponen aktif yang terdapat pada minyak thyme diantaranya thymol, carvacrol, (ro)-cymene, dan (gamma)-terpiene diketahui mempunyai efek sebangai senyawa antimikroba terhadapa pertumbuhan bakteri. Bakteri-bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya antara lainSalmonella sp., S. aureus, E. coli, Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, dan B. Cereus. Dari laporan tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa bakteri gram positif lebih sensitif dibanding dengan bakteri gram negatif.

Efek penghambatan senyawa antimikroba dari rempah-rempah tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi dapat juga menghambat pertumbuhan khamir seperti Candida albican dan Sacharomyces cerevisiae. Komponen-komponen aktif pada minyak thyme, minyak sage, minyak rosemary, minyak cumin, minyak caraway, dan minyak cengkeh dapat menghambat khamir dengan konsentrasi 0,5-2.0 (mg/mL).

Bakteri dalam bentuk sel vegetatif lebih sensitif dibanding dalam bentuk sporanya, hal ini dibuktikan oleh Ultee et al. (1998) yang meneliti efek penghambatan komponen carvacrol yang terdapat pada minyak thyme dan oregano terhadap pertumbuhan bakteri B. cereus.

Pada konsentrasi 1,75 mmol/L bentuk sel vegetatif lebih sensitif dibanding bentuk sporanya. Hal ini disebabkan struktur spora yang lebih komplek dibanding bentuk sel vegetatif, seperti adanya komponen asam dipikolinat yang dapat melindungi spora terhadap gangguan faktor lingkungan (suhu dan pH ekstrim). Lebih lanjut Ultee et al. (1998) menyebutkan bahwa pada konsentrasi 1.75 mmol/L dapat mneghambat kecepatan pertum buhan B. cereus sehingga faselag diperpanjang. Semakin lama fase lag maka aktivitas B. cereus sebagai penyebab kerusakan bahan pangan dapat dicegah.

Komponen-komponen antimikroba yang terdapat pada minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak oregano, minyak thyme, minyak bawang putih, dan bawang merah dapat menghambat spesies kapang diantaranya adalah Aspergillus flavus, A. parasiticus, A. versicolor, A. ochraceus, Candida sp., Crytococcus sp., Rhodotorulla sp., Torulopsis sp., dan Tricosporon sp.

Kapang adalah mikroorganisme penyebab kerusakan bahan pangan terutama biji-bijian dan produk tepung-tepungan dengan kadar air rendah. Beberapa spesies kapang dapat menghasilkan toksin (mikotoksin) adalah Aspergillus sp., Penicllium sp., dan Fusarium sp., yang dapat menghasilkan aflatoksin, patulin, okratoksin, zearalenon, dan okratoksin. — (bersambung).

Sumber bacaan;
Ultee A, Gorris LGM, Smid EJ. 1998. Bacterial activity of carvacrol toward the food-borne pathogen Bacillus cereus. J. Appl. Microbiol: 213-218.

Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan

Daun beluntas menurut hasil penelitian mempunyai fungsi antibakteri dan antioksidan serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengawet makanan dan obat.

Beluntas (Pluchea indica L.), nama tumbuhan ini mungkin jarang kita dengar. Tapi, sebetulnya bentuk tanaman ini tidak seasing namanya. Jika kita perhatikan dengan seksama, hampir dapat dipastikan orang akan langsung mengenalnya sebagai tanaman yang sering terdapat di halaman rumah, karena sering digunakan sebagai tanaman pagar.

Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan tinggi bisa mencapai dua meter. Daun tunggal, bulat bentuk telur, ujung runcing, berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua berwarna hijau pucat serta panjang daun 3,8-6,4 cm. Tumbuh liar di tanah dengan kelembaban tinggi; di beberapa tempat di wilayah Jawa Barat tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas antar guludan di perkebunan. Beberapa daerah di Indonesia menyebut nama beluntas dengan nama yang berbeda seperti baluntas (Madura), Luntas (Jawa Tengah), dan Lamutasa (Makasar).

Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit. Disamping itu daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan.

Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama memanfaatkan daun beluntas sebagai salah satu tanaman obat mendorong para peneliti untuk mengadakan berbagai penelitian guna membuktikan khasiatnya secara ilmiah. Pada tulisan ini akan dicoba pemaparan dua penelitian pemanfatan daun beluntas dalam bentuk ekstrak sebagai komponen antibakteri (Ardiansyah, 2002) dan minyak atsiri sebagai zat antioksidan (Paini Sri Widyawati 2005).

Daun beluntas sebagai ekstrak antibakteri

Untuk mendapatkan ekstrak daun beluntas harus dikeringkan, selanjutnya dilakukan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut heksan, residu yang dihasilkan diekstrak kembali dengan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak polar defatted dengan metode refluk. Selain itu dilakukan ekstraksi langsung menggunakan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak polar non defatted menggunakan metode yang sama Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak dilakukan terhadap bakteri-bakteri dari kelompok patogen penyebab keracunan makanan sepertiEscherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Selain itu E. coli merupakan bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan, sedangkan S. aureus merupakan bakteri penyebab impetigo (pembengkakan pada lapisan epidermis kulit), furuncle (radang di jaringan sub kutan), dan carbuncle (peradangan yang meluas dan mengenai folikel rambut). Dari kelompok bakteri penyebab kebusukan makanan adalahPseudomonas fluorescens. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumur; adanya zona bening disekitar sumur menunjukkan aktivitas antibakteri. Davis Stout mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10 – 20 mm (kuat), 5 -10 mm (sedang), dan daerah hambatan 5 mm atau kurang (lemah).

Tabel 1. Aktivitas antimikroba ekstrak daun beluntas*
Bakteri ( Ekstrak Nondefatted ) ( Ekstrak Defatted )
Escherichia coli ( 8,5 +/- 0.5 ) ( 7,0 +/- 0.4 )
Salmonella typhi ( 10,2 +/- 0.4 ) ( 8,2 +/- 0.5 )
Staphylococcus aureus ( 9,1 +/- 1.0 ) ( 7,1 +/- 0.6 )
Bacillus cereus ( 8,4 +/- 0.7 ) ( 6,5 +/- 0.3 )
Pseudomonas fluorescen ( 6,3 +/- 0.3 ) ( 5.5+/- 0.3 )

* mean +/- SE

Pada Tabel di atas terlihat bahwa ekstrak nondefatted menunjukkan aktivitas penghambatan lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak defatted. Jika data pada tabel dikaitkan dengan ketentuan kekuatan antibakteri yang dikemukakan oleh Stout, maka kekuatan antibakteri yang terkandung dalam ekstrak daun beluntas masuk dalam kategori “sedang” (masuk dalam kisaran 5-10 mm). Meskipun kekuatan antibakteri dalam kategori sedang, dapat dipahami bila daun beluntas berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri.

Daun beluntas sebagai zat antioksidan

Penelitian yang dilakukan oleh Paini Sri Widyawati (2005) mencoba meneliti aktivitas antioksidan dari daun beluntas. Daun beluntas diekstrak menggunakan etanol dengan metode soxhlet dan air pada metode hidrodistilasi. Selanjutnya masing-masing ekstrak, baik dari metode soxhlet maupun hidrodistilasi diuji kemampuan radical scavenging activityDPPH (2,2-diphenil-1- picrylhydrazil radical), yaitu antioksidan dalam ekstrak dan minyak atsiri daun beluntas akan bereaksi DPPH dan mengubahnya menjadi alfa,alfa-diphenyl-beta-picrylhydrazine. Perubahan serapan yang dihasilkan oleh reaksi ini menjadi ukuran kemampuan antioksidan dari daun beluntas. Sebagai pembanding digunakan TBHQ (tertier butil hidroquinon) dan υ-karoten yang secara umum telah digunakan sebagai aktioksidan komersial.

Hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuannya secara berturutan sebagai berikut beta-karoten > minyak atsiri beluntas > ekstrak beluntas > TBHQ. Dari data ini dapat dikatakan bahwa daun beluntas memiliki potensi sebagai antioksidan alami dan dapat menggantikan kedudukan TBHQ dan beta-karoten sebagai antioksidan.

Potensi aplikasi daun beluntas sebagai pengawet makanan dan obat

Penggunanan senyawa antimikroba/antibakteri yang berfungsi sebagai bahan pengawet, juga antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi sehingga mencegah produk makanan dari kerusakan karena terpapar oleh udara dan cahaya, selama ini sebagian besar berasal dari bahan-bahan kimia sintetik. Berdasarkan penelitian bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan. Sebagai alternatif pemecahannya dapat digunakan bahan-bahan alami yang mempunyai kelebihan karena lebih aman untuk dikonsumsi.

Dari data-data seperti disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa daun beluntas mempunyai potensi unutk dikembangkan sebagai ekstrak yang berfungsi sebagai pengawet makanan, karena kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab keracunan makanan dan bakteri penyebab kerusakan makanan. Disamping itu juga kemampuannya sebagai radical scavenging activity dapat digunakan sebagai senyawa antioksidan.

Selain itu juga potensi daun beluntas dapat digunakan juga sebagai obat radang (inflamasi) dan obat diare karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.


Sumber: Berita Iptek Topik: Pangan Tags: , ,

2010/04/04

PANGAN DAN GIZI

ASAM FOLAT DAPAT MERUBAH
GEN MANUSIA ?
Bagaimana Dengan Fortifikasi Terigu ?
Peneliti dari Australia dan Inggris telah memberitakan
hasil penelitiannya bahwa fortifikasi makanan
dengan asam folat yang sudah dilakukan secara
meluas di dunia secara perlahan-lahan dapat merubah
genetik manusia, dan mungkin akan
menghasilkan generasi akan datang yang rawan
terhadap penyakit yang membahayakan.
Berita ini ditulis bulan Maret 2005 dalam rubrik opini
dimana menurut mereka bayi dari wanita yang
dietnya mengandung banyak asam folat cenderung
akan membawa bentuk tertentu dari gen yang
berfungsi dalam metabolisme vitamin. Gen ini
disebut 677T MTHFR. Proses ini
berlainan hasilnya pada anakanak
dari wanita yang kurang
mengkonsumsi asam folat dalam
jumlah cukup.
Penelitian mereka sejak tahun
2000 menunjukkan bahwa bayi
empat kali lebih memungkinkan membawa gen ini.
Janin yang membawa varian gen ini akan lebih
survive untuk lahir jika ibunya mengkonsumsi asam
folat dalam jumlah cukup atau lebih. Karena fortifikasi
asam folat dan suplemen vitamin sudah meluas
di dunia, maka berarti akan lebih banyak lagi
ibu-ibu yang mengkonsumsi nutrient ini dalam
jumlah lebih banyak, sehingga anak-anak yang
membawa varian gen ini akan bertambah pula.
Perubahan genetik ini dapat menyebabkan pengaruh
negatip terhadap kesehatan dengan berjalannya
waktu. Gen 677T MTHFR nantinya dapat
meningkatkan risiko pada orang dewasa, termasuk
timbulnya penyakit jantung, kanker dan komplikasi
pada waktu kehamilan.
Asam folat diketahui selain dapat mencegah kerusakan
otak (spinal-cord defects) pada bayi, juga
dapat mencegah penyakit jantung dan stroke.
Akan tetapi implikasi jangka panjang penambahan
konsumsi asam folat belum diketahui. Oleh karena
itu ada ketakutan bahwa dosis tinggi asam folat
dapat mempercepat berkembangnya penyakit.
Peneliti asam folat lainnya mengatakan bahwa
belum cukup bukti untuk mengatakan ya atau tidak
mengenai seleksi genetik ini. Tetapi ini merupakan
hipotesa yang menarik dan perlu dikaji lebih lanjut.
Menurut pendapatnya proses perubahan gen ini
pada populasi sangat lambat dan pengaruhnya
tidak dapat terlihat dan mungkin memerlukan waktu
ribuan tahun.
Negara-negara tertentu seperti Inggris saat ini tidak
mewajibkan asam folat ditambahkan dalam tepung
terigu. Oleh karena itu menurut peneliti asam folat
dari University of Florida Amerika Serikat, dunia
sekarang tinggal menunggu hasil penelitian dari
Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara
yang menerapkan fortifikasi asam folat.
Jadi tunggu sajalah pembuktian kebenaran penelitian
tersebut lebih lanjut.

SENYAWA DALAM MINUMAN ANGGUR
DAPAT MENGHAMBAT PENYAKIT
ALZHEIMER ?
Hasil penelitian Dr. Michikatsu Sato dari Jepang
yang disajikan dalam Journal Bioscience, Biotechnology
and Biochemistry (Vo. 67, pp. 380-382,
2004) melaporkan bahwa pada minuman anggur
terdapat senyawa yang dapat menghambat enzim
penyebab penyakit Alzheimer.
Dr Sato telah menemukan peptida-peptida kecil
dalam minuman anggur merah dan anggur putih
yang dapat menghambat enzim PEP yang mempunyai
pengaruh dalam patologi penyakit Alzheimer.
Penemuan ini memberikan harapan bagi lansia
yang kehilangan daya ingat
dan penderita-penderita
Alzhimer. Sekarang ini
hampir 18 juta orang di
dunia mengalami penyakit
ketuaan, terutama penyakit
Alzheimer. Tahun 2025
diperkirakan jumlah penderita
Alzheimer akan meningkat
menjadi 34 juta, dimana
71% penderita ada di negara-
negara sedang berkembang.
Penyebab timbulnya penyakit ini ialah adanya
enzim Prolyl Endo peptidase (PEP). PEP adalah
enzim yang secara selektip akan memotongmotong
peptida spesifik yang mengandung asam
amino prolin. PEP akan merusak hormon-hormon
dalam tubuh manusia yang berhubungan dengan
fikiran dan daya ingat, dan juga akan merangsang
protein amiloid yang banyak terakumulasi pada
pasien-pasien Alzheimer.
Minuman anggur diketahui mengandung asam
amino L-prolin dalam jumlah banyak. Inhibitor
(senyawa penghambat) enzim PEP yang terdapat
dalam tubuh manusia, terdapat pula dalam minuman
anggur ini.
Inhibitor enzim PEP dalam minuman anggur ialah
pentapeptida yang terdiri dari 5 asam amino. Senyawa pentapeptida ini terdapat dalam beberapa
macam minuman anggur, terutama dalam anggur
Merlot (California), Sauvignon Blanc (Bordeaux)
dan Pinot Noir.
Pentapeptida ini juga terdapat juga dalam buah
anggurnya sendiri (table grape), dalam jus anggur
dan dalam ampas sisa pengolahan.
(Food Navigator, 06/10/04).


KOPI DAPAT MENCEGAH PENYAKIT
LIVER
Minuman yang mengandung kafein menurut hasil
penelitian yang disajikan National Institute of Health
Amerika Serikat pada Digestive Disease Week di
New Orleans dapat mencegah kerusakan hati pada
orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap
penyakit hati.
Kelompok orang yang
berisiko tinggi tersebut
diberi minum lebih dari
dua cangkir kopi per hari
dan hasilnya menunjukkan
peningkatan perlindungan
terhadap kerusakan hati.
(AP Food Industry, 08/04).



KEAMANAN PANGAN

BADAN KEAMANAN PANGAN KOREA
SELATAN MENSITA NASI (STEAMED
RICE) YANG DIIMPOR DARI CINA
Badan Pangan dan Obat-obatan (FDA) Korea
Selatan telah menyita lebih dari 100 ton nasi
(steamed rice) yang diimpor dari Cina Daratan
karena mengandung residu belerang dioksida
(SO2) pada kadar yang tinggi.
Jumlah yang disita adalah 121 ton nasi yang mengandung
SO2 dalam jumlah 1,3 sampai 9 kali dari
batas yang diizinkan 30 ppm. Pemerintah Korea
Selatan juga telah menahan 3.835 kg produkproduk
makanan yang dibuat dari nasi tersebut.
Menurut pejabat resmi FDA Korea Selatan, nasi ini
mengandung residu sulfur dioksida karena eksportir
menggunakannya sebagai bahan pemutih
(bleaching agent).
Notifikasi mengenai penemuan ini telah disampaikan
kepada Pemerintah Cina dan pemerintah Cina
berjanji akan menguji level belerang dioksida untuk
ekspor nasi yang akan datang.
(Asia Pulse)

MINI CUP JELLY DILARANG DI
AMERIKA, KANADA, EROPA, AUSTRALIA.
Produsen mini cup jelly sudah tidak boleh lagi
mengekspor produknya ke negara-negara tersebut
karena telah diterapkan peraturan yang melarang
peredarannya. Pelarangan dilakukan karena sering
terjadi kasus anak-anak tersedak pada waktu
makan jelly dan bahkan ada yang sampai meninggal.
Hal ini disebabkan karena tekstur jelly yang
kenyal dan tidak mudah hancur. Jelly menjadi
kenyal dan karena pada bahan dasarnya yaitu
karagin ditambahkan BTP tepung konjac. Dengan
penambahan tepung konjac tekstur jelly menjadi
baik dan airnya tidak keluar (sineresis).
Di Indonesia belum ada laporan kasus kesedak
mini cup jelly.
Kasus ini merembet pada penggunaan BTP konjac
dimana Komisi Eropa akan membahas kemungkinan
pencabutan penggunaan BTP ini dalam minicup
jelly (berita halaman 2).
Oleh karena itu produsen tepung konjac (iles-iles
atau glukomanan) dan produsen jelly harap mencermatinya.

ANTIBIOTIK PADA USAHA TAMBAK
UDANG
Antibiotik merupakan bahan yang digunakan oleh
petambak udang untuk mencegah penyakit udang
berupa virus, bakteri, jamur, dan pathogenpathogen
lainnya, untuk pertumbuhan plankton,
dan untuk menginokulasi larva udang.
Antibiotik juga digunakan untuk mencegah penyakit
White Spot Syndrome Virus (WSSV) yang merupakan
penyakit yang banyak menyerang udang
tambak.
Amerika Serikat sangat ketat mengenai pemakaian
bahan kimia dan obat-obatan udang tambak, dimana
hanya 3 (tiga) obat-obatan yang diperbolehkan,
yaitu: oxytetracycline, sulfamerazine, dan
kombinasi obat-obatan yang mengandung sulfadimethozine
dan ormetoprim.
Ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat bulan
Oktober 2005 terkena penolakan karena mengandung
Nitrofuran, yaitu antibiotic yang dilarang untuk
udang di Amerika Serikat.

KEAMANAN PANGAN
PRODUK EKSPOR INDONESIA
YANG BERMASALAH DI AMERIKA
SERIKAT DAN EROPAH
AMERIKA SERIKAT
Penolakan oleh Badan Makanan dan Obatobatan
(FDA) Amerika Serikat
Oktober 2005
11 produk makanan:
• Udang beku (8) - mengandung Salmonella,
nitrofuran, kotor (filthy)
• Frozen Snapper (1) - mengandung Salmonella
• Biji Kopi (1) - Tidak bersih (insanitary)
• Saus Inggris (1) - No process
Nopember 2005
3 produk makanan:
• Udang beku (1) - kotor (filthy)
• Tuna fillet (1) - filthy
• Minyak buah merah & kunyit - termasuk
jenis obat baru yang belum didaftarkan di
FDA (unapproved new drug)
UNI EROPA
Penolakan oleh negara Eropa tertentu yang
mengimpor produk Indonesia.
Oktober 2005.
3 produk yang ditolak
• Jerman (produk masuk lewat Negeri
Belanda) —Frozen tuna loins ditolak
karena mengalami proses perlakuakn
dengan CO2 pada waktu pengolahannya
• Italy—Frozen tuna loins—idem diatas.
• Negeri Belanda—Coated peanut ditolak
karena mengandung aflatoksin.
Nopember 2005.
2 produk yang ditolak
• Jerman (produk masuk lewat Perancis)
—frozen frog legs ditolak karena
mengalami proses irradiasi yang tidak
jelas pelaksananya (unauthorized)
• Cyprus—Frozen head on black tiger
prawns ditolak karena mengandung bakteri
Vibrio parahaemolyticus.
Eksportir harus hati-hati dan
perlu mempelajari peraturan yang
berlaku di negara tujuan ekspor
Bahan Pemakaian Bahaya Terhadap Kesehatan Status
Erytromycine Membasmi bacterial kidney
disease & streptococcus
Terbentuknya strain bakteri yang
resisten
Diperbolehkan di
Amerika Serikat
Furazolidone Spektrum luas anti bakteri &
antiprotozoa
Kemungkinan karsinogenik pada
manusia.
Diperbolehkan di AS
Oxytetracycline
Antibakteri yang paling banyak
dipakai
Terbentuknya strain bakteri yang
resisten pada OTC dan antibiotic
lainnya
Diperbolehkan di AS
Sulfadiazine Umumnya dicampur diaminopyrimidine
untuk memperoleh
kemampuan antibakteria
yang luas
Terbentuknya strain-strain resisten
Diperbolehkan di AS
Nitrofuran Spektrum luas, antibakteri &
anti protozoa yang kuat
Kemungkinan karsinogenik pada
manusia
Batas residu sangat
ketat di AS
Beberapa antibiotik yang dipakai pada tambak udang

KRISIS CEMARAN DIOKSIN PADA HEWAN
TERNAK DAN OLAHANNYA DI
EROPA (BELGIA, NEGERI BELANDA
DAN JERMAN)
Krisis cemaran dioksin pada hewan ternak dan
produk olahannya di Eropa baru-baru ini terjadi dan
meluas dimulai dari Negeri Belanda, Belgia dan
kemudian Jerman.
Krisis dimulai tanggal 29 Januari 2006 dimana
Badan Keamanan Makanan dan Consumer Product
Belanda dan Badan Keamanan Pangan Belgia
melakukan karantina terhadap 275 peternakan di
Belanda dan 96 peternakan di Belgia. Esok
harinya menyusul 300 peternakan lainnya di Belgia.
Penyebabnya adalah dari pakan ternak yang mengandung
lemak babi yang kadar dioksinnya tinggi.
Dioksin ditemukan dalam kadar yang cukup tinggi
diatas ambang batas yang diizinkan. Kadar dioxin
yang diizinkan ialah 2 pg TEQ/g lemak.. Sedangkan
dalam contoh berkisar dari 6 pg TEQ/g lemak
sampai 400 pg TEQ/g lemak.
Mulai 27 Januari 2006 Korea Selatan yang merupakan
importer terbesar daging babi telah menyetop
pembeliannya dari Belanda dan Belgia. Tahun
2005 Korea Selatan mengimpor 25.000 MT produk
daging babi yang nilainya mencapai USD 75 juta.
(USDA, Reuter).

GARA-GARA SAYUR ASIN KIMCHI
HUBUNGAN CINA DAN KOREA SELATAN
SEMPAT TERGANGGU
Kimchi, sayur asin khas Korea, yang bahan utamanya
sayuran kol membikin hubungan diplomatic
Cina dan Korea Selatan menjadi terganggu.
Penyebabnya ialah pada bulan Oktober 2005 Korea
Selatan menyatakan bahwa makanan yang
diimpor dari Cina mengandung telur parasit. Setahun
sebelumnya juga Korea Selatan menyatakan
bahwa Kimchi buatan Cina mengandung logam
berat timbale (Pb).
Cina membalas dan menyatakan bahwa ditemukan
telur parasit pada 10 conoth Kimchi dan produk
makanan yang diimpor dari Korea Selatan.
Pada pertemuan APEC Menlu Korea Selatan Ban
Ki-moon dan Menlu Cina Li Zhaoxing menyatakan
hubungan kedua Negara tidak akan terganggu oleh
issue Kimchi.
Kedua Negara sepakat untuk membentuk badan
konsultansi yang akan mengatur keamanan karantina.
Lha ..sayur asin bikin ribut dua negara besar !
(Chinadaily)

ADA APA ?
POTONGAN JARI DALAM SAUS
CABE !
Seorang wanita pengunjung restoran siap saji
di San Jose California komplain bahwa sewaktu
makan dia menemukan potongan jari manusia
dalam mangkok saus cabe.
Restoran terpaksa ditutup dahulu dan seluruh
karyawan restoran diperiksa. Tetapi tidak ada
karyawan yang kecelakaan kehilangan ibu jari.
Beberapa bulan kemudian pihak berwajib
menangkap suami wanita tersebut. Ternyata
dia merupakan dalang peristiwa tersebut untuk
memperoleh uang pengganti.
Hasil test DNA diketahui potongan ibu jari tangan
panjangnya sekitar 4 cm adalah milik
pegawai wanita di tempat dia bekerja yang
mengalami kecelakaan .(Associated Press)

HATI-HATI DENGAN BOTOL / GELAS
KRISTAL. JANGAN DIPAKAI UNTUK
MAKANAN / MINUMAN KARENA MENGANDUNG
TIMAH HITAM (TIMBAL)
Badan Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika
Serikat telah mengeluarkan larangan pemakaian
wadah kristal (botol, gelas, wadah) untuk
makanan / minuman.
Jangan karena kristal merupakan barang mahal,
kemudian dipakai untuk makanan / minuman.
Wadah gelas biasa aman tidak mengandung timbale,
tetapi timbale dipakai pada pembuatan kristal
yang mahal.
Oleh karena itu hindari / jangan:
• Menyimpan makanan cair dalam gelas / botol
kristal atau antik.
• Jangan minum dari gelas kristal.
• Wanita hamil jangan minum dari gelas kristal
atau mug yang diberi hiasan menarik hasil
pelapisan timbal karena dapat berpengaruh
terhadap janin.
• Jangan memberi makan / minum bayi atau
anak kecil dari botol atau cup kristal.

TIPS MENYIMPANAN MAKANAN DINGIN
• Simpan makanan dingin pada suhu dingin (di kulkas suhu ≤ 4ºC)
• Cek suhu kulkas apakah suhunya ≤ 4ºC
• Cek suhu frezer-nya apakah suhunya ≤ -18ºC
• Menyimpan makanan dingin harus diluar suhu yang membahayakan (lihat gambar)
• Tutup makanan sebelum dimasukan ke kulkas, dan simpan makanan mentah dibawah
makanan matang.
• Makanan yang tidak habis segera masukan kekulkas habiskan dalam waktu 2-3 hari.
Daya Tahan Simpan Makanan yang Dibekukan
Produk Daya Tahan
Simpan (-18ºC)
Daging sapi panggang 4-6 bulan
Daging giling 2-3 bulan
Beef Steak 3-4 bulan
Domba panggang (utuh) 4-6 bulan
Lamb Chops 2-3 bulan
Offal 1 bulan
Daging ayam (utuh) 4-6 bulan
Daging ayam (potongan) 3 bulan
Ikan tidak berlemak 4 bulan
Ikan berlemak (misal sarden) 3 bulan
* Food Safety Campaign, SafefoodNetAu Ibu jari dalam saus cabe

Pewarna Sudan 1 Pewarna semir sepatu yang karsinogenik masuk dalam bumbu dan makanan di Eropa

Bulan Februari tahun lalu merupakan bulan yang menyibukan negara-negara Eropa, terutama
Inggris, karena terungkap kasus pewarna Sudan 1 yang bersifat karsinogenik dalam sejumlah
besar makanan (hampir 500 macam produk) yang dibuat dan dijual di Inggris, dan juga
diekspor. Badan Standar Makanan Inggris (FSA) mengumumkan bahwa penyebabnya adalah
tepung cabe yang diimpor dari India tahun 2002 yang mengandung pewarna Sudan 1 yang
bukan untuk makanan.
Tepung cabe ini dipakai oleh perusahaan makanan Premier Foods sebagai campuran saus
Worchester, yaitu saus yang biasa dipakai oleh industri, supermarket, restoran, dan juga
perorangan untuk bahan penyedap. Saus ini biasa dipakai oleh jaringan supermarket dan
restoran siap saji sehingga peredarannya luar sekali sampai ke negara-negara lain di dunia.
Yang memakai produk saus ini diantaranya supermarket dan restoran siap saji terkemuka,
seperti ASDA, Safeway, CWS, Marks & Spencer, Makro, J Sainsbury, Morrison, Tesco,
Waitrose, Colman, Heinz, Unilever, McDonald, Tyson Foods, Jugg Foods, dll. Hampir sekitar
500 macam produk dideteksi mengandung pewarna ini.
Oleh karena itu akhir Februari 2005 penarikan besar-besaran dilakukan hampir diseluruh dunia,
Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Siprus, Malta, Cina, Afrika Selatan, .....
Bagaimana di Indonesia?
Tentunya instansi berwenang seperti Badan POM perlu meneliti, mengecek dan
mengumumkannya ke masyarakat jika ada produk impor atau produk dalam negeri sendiri
yang memakai pewarna berbahaya tersebut.

sumber: InfoFood Newsletter
Newsletter dari Pusat Informasi Industri Pangan (PIIP)
Newsletter of the Food Industry Information Center (FIIC)